Powered By Blogger

Sabtu, 06 Agustus 2016

cerita iki dan uti

CERITA IKI DAN UTI

Matahari bersinar hangat, dedaunan terbang perlahan ditiup angin perlahan. Rasa rindu kembali menyergapku, teringat saat-saat berjumpa dengannya. Awal perjumpaan manis yang gak akan ada akhirnya. LDR ( cinta jarak jauh ) itu yang ku rasakan. Syukur kupanjatkan ketika datang kepadaku seorang bidadari suci. Seorang bidadari bulan ramadhan. Putri Ramadhani.
Sebuah kehangatan merasuki ku saat teringat wajahnya.
      Riski namaku, seorang santri dari sebuah pondok pesantren. Sekarang kududuki bangku kelas IX. Sebuah kisah yang membuatku tersenyum ketika mengingatnya. Berawal dari sebuah pertemanan di Facebook.com . Ini cerita ku...
      Bulan ramdhan masih menemani umat muslim pada saat ini. Di saat yang bosan ini kucoba untuk membuka akun Facebook-ku. Kulihat ada seseorang yang minta dikonfirmasi pertemanannya, setelah kulihat-lihat dan kurasa ini orang baik maka langsungku konfirmasi. Dia mengajak ku berkenalan dan lama-lama kami merasa sangat akrab. Aku merasa aman jika berteman dan mengenal ia lebih dekat lagi. Aku menjadikannya seorang sahabat dan ia terima dengan senang hati. Sanking senangnya berkenalan dengan seorang bidadari di bulan ramadhan, puasa pun menjadi gak terasa. Dahaga ku terbasahi oleh senangnya hatiku.
      Keesokan harinya, aku chattingan lagi dengannya dan kutanya “Uti, sekarang lagi dimana?”. Ketika itu dia jawab dia sedang berada di rumah kakaknya di klambir V, dan itu berarti dia ada di sekitar rumahku di klambir V. Rasa senang menghampiriku. Dalam waktu bersamaan aku dan putri ngajak ketemuan dan tanpa ragu ku jawab ‘YA..’ Senangnya bukan main. Namun rencana tak selalu sempurna, lebaran tinggal 1 hari lagi. Jadi kubilang padanya ‘kami ketemuan hari kedua lebaran’. Kebetulan di hari itu kami gak ada agenda lain. Pas banget !!
      Waktu yang ditunggu pun tiba. Eits... sebelum itu kutanya dibagian mana rumahnya. Setelah itu aku minta izin kepada orangtuaku, ku bilang mau silaturahmi ke rumah kawan. Kemudian aku bersiap-siap dan langsung pergi ke rumahnya dengan sepeda motor honda beat warna putih merah. Tapi sebagai laki-laki yang ‘gentleman’ sebelum kerumahnya aku membeli buah tangan berupa bolu cokelat. Sesampainya dirumahnya dan ternyata ia telah menunggu ku. Dipersilahkannya aku masuk kerumah kakaknya. Dan aku pun masuk mengikuti langkahnya.
      Langsung ku beri bolu tadi ke kakaknya. Seperti mimpi bertemu dengan nya. Kemudian kami bercerita dengan malu-malu, bercerita tentang apa saja. Suasana berubah ketika kakaknya menyuruh kami untuk jalan-jalan di lingkungan sekitar. Aku gak nyangka bakal seperti ini, membonceng seseorang yang kusuka. Ku bonceng ia keliling-keliling. Ketika sedang asyik berkeliling, butiran bening meleleh dari awan disertai angin yang bertiup kencang. Aku membawanya kembali ke rumah kakaknya. Kemudian aku pamit pulang. Esoknya, aku punya niat untuk mengajaknya makan siang di restoran Fried Chicken. Kuhubungi putri untuk menyampaikan niatku. “put, ada waktu kosong ? ” tanya ku, “ada, kenapa rupanya ?” tanyanya balik, “iki mau ngajak jalan-jalan!” kataku “boleh, iki jemput putri ya” jawabnya, “iya jam 10.00 ya”lanjutku
      Esoknya sesuai janjiku, kuajak dia jalan-jalan, makan siang, keliling-keliling, dan akhirnya karena lelah kuantar ia balik ke rumah kakaknya.
      Tak terasa hari berlalu dengan indah, waktuku balik ke pesantren pun sudah dekat. Aku punya niat memberinya kenang-kenangan berupa boneka, dan hiasan di jari manisnya. Kutunaikan niatku atas cintaku padanya.

      Hari dimana aku balik pun tiba, aku merasakan sesuatu yang mengganjal. Walaupun di pesantren aku tetap mencuri waktu untuk menghubunginya. Aku sangat takut kehilangan cintanya. Sampai sekarang rasa takut kehilangan menghantuiku. Tapi suatu kata yang membuatku yakin dia pasti bisa menjaga hatiku... yaitu, sebuah ikrar janji akan menjaga hati satu sama lain. Cinta sejatiku.