CERITA
IKI DAN UTI
Matahari bersinar hangat,
dedaunan terbang perlahan ditiup angin perlahan. Rasa rindu kembali menyergapku,
teringat saat-saat berjumpa dengannya. Awal perjumpaan manis yang gak akan ada
akhirnya. LDR ( cinta jarak jauh ) itu yang ku rasakan. Syukur kupanjatkan
ketika datang kepadaku seorang bidadari suci. Seorang bidadari bulan ramadhan.
Putri Ramadhani.
Sebuah kehangatan merasuki ku saat teringat wajahnya.
Riski namaku,
seorang santri dari sebuah pondok pesantren. Sekarang kududuki bangku kelas IX.
Sebuah kisah yang membuatku tersenyum ketika mengingatnya. Berawal dari sebuah
pertemanan di Facebook.com . Ini
cerita ku...
Bulan ramdhan
masih menemani umat muslim pada saat ini. Di saat yang bosan ini kucoba untuk
membuka akun Facebook-ku. Kulihat ada
seseorang yang minta dikonfirmasi pertemanannya, setelah kulihat-lihat dan
kurasa ini orang baik maka langsungku konfirmasi. Dia mengajak ku berkenalan
dan lama-lama kami merasa sangat akrab. Aku merasa aman jika berteman dan
mengenal ia lebih dekat lagi. Aku menjadikannya seorang sahabat dan ia terima
dengan senang hati. Sanking senangnya berkenalan dengan seorang bidadari di
bulan ramadhan, puasa pun menjadi gak terasa. Dahaga ku terbasahi oleh
senangnya hatiku.
Keesokan
harinya, aku chattingan lagi dengannya dan kutanya “Uti, sekarang lagi
dimana?”. Ketika itu dia jawab dia sedang berada di rumah kakaknya di klambir
V, dan itu berarti dia ada di sekitar rumahku di klambir V. Rasa senang
menghampiriku. Dalam waktu bersamaan aku dan putri ngajak ketemuan dan tanpa
ragu ku jawab ‘YA..’ Senangnya bukan main. Namun rencana tak selalu sempurna,
lebaran tinggal 1 hari lagi. Jadi kubilang padanya ‘kami ketemuan hari kedua
lebaran’. Kebetulan di hari itu kami gak ada agenda lain. Pas banget !!
Waktu yang
ditunggu pun tiba. Eits... sebelum itu kutanya dibagian mana rumahnya. Setelah
itu aku minta izin kepada orangtuaku, ku bilang mau silaturahmi ke rumah kawan.
Kemudian aku bersiap-siap dan langsung pergi ke rumahnya dengan sepeda motor
honda beat warna putih merah. Tapi sebagai laki-laki yang ‘gentleman’ sebelum
kerumahnya aku membeli buah tangan berupa bolu cokelat. Sesampainya dirumahnya
dan ternyata ia telah menunggu ku. Dipersilahkannya aku masuk kerumah kakaknya.
Dan aku pun masuk mengikuti langkahnya.
Langsung ku
beri bolu tadi ke kakaknya. Seperti mimpi bertemu dengan nya. Kemudian kami
bercerita dengan malu-malu, bercerita tentang apa saja. Suasana berubah ketika
kakaknya menyuruh kami untuk jalan-jalan di lingkungan sekitar. Aku gak nyangka
bakal seperti ini, membonceng seseorang yang kusuka. Ku bonceng ia
keliling-keliling. Ketika sedang asyik berkeliling, butiran bening meleleh dari
awan disertai angin yang bertiup kencang. Aku membawanya kembali ke rumah
kakaknya. Kemudian aku pamit pulang. Esoknya, aku punya niat untuk mengajaknya
makan siang di restoran Fried Chicken. Kuhubungi putri untuk menyampaikan
niatku. “put, ada waktu kosong ? ” tanya ku, “ada, kenapa rupanya ?” tanyanya
balik, “iki mau ngajak jalan-jalan!” kataku “boleh, iki jemput putri ya”
jawabnya, “iya jam 10.00 ya”lanjutku
Esoknya sesuai
janjiku, kuajak dia jalan-jalan, makan siang, keliling-keliling, dan akhirnya
karena lelah kuantar ia balik ke rumah kakaknya.
Tak terasa
hari berlalu dengan indah, waktuku balik ke pesantren pun sudah dekat. Aku
punya niat memberinya kenang-kenangan berupa boneka, dan hiasan di jari
manisnya. Kutunaikan niatku atas cintaku padanya.
Hari dimana
aku balik pun tiba, aku merasakan sesuatu yang mengganjal. Walaupun di
pesantren aku tetap mencuri waktu untuk menghubunginya. Aku sangat takut
kehilangan cintanya. Sampai sekarang rasa takut kehilangan menghantuiku. Tapi
suatu kata yang membuatku yakin dia pasti bisa menjaga hatiku... yaitu, sebuah
ikrar janji akan menjaga hati satu sama lain. Cinta sejatiku.